--> Curahan Hati Wanda, Penyandang Difabel yang Sukses Menjadi Lulusan dengan Predikat Pujian | Poros NTB

Curahan Hati Wanda, Penyandang Difabel yang Sukses Menjadi Lulusan dengan Predikat Pujian

SHARE:

Dibaca Normal

Baiq Wanda Febryani

Memiliki kondisi tubuh yang berbeda dari orang lain kerap menjadi hal yang sulit untuk diterima. Keterbatasan fisik dan yang lainnya mungkin saja menjadi kendala untuk beraktivitas sebagaimana orang awam. Namun tidak demikian dengan perempuan bernama Baiq Wanda Febryani. Dari namanya bisa ditebak ia berasal dari pulau Lombok. Tapi jangan salah, ia lahir di Desa Cenggu Kecamatan Belo Kabupaten Bima. Ayahnya memang asli Lombok Timur dan ibunya berasal dari Desa Cenggu. Meski menderita cacat pada kedua kakinya, semangatnya tak pernah pudar. Ia mampu keluar dari tekanan psikologis untuk menunjukan bahwa keterbatasan fisik bukan penghalang meraih mimpi. Berikut sekelumit ceritanya... 


Penulis Edo Rusadin


Difabel masih menjadi hal yang tabu di masyarakat. Hingga kini, masih banyak stigma bahwa penyandang disabilitas tidak layak untuk menempati posisi-posisi strategis di masyarakat. Akibatnya, banyak diantara mereka yang pada akhirnya tersingkirkan dari kehidupan sosial. 

Sebagai salah satu dari mereka, Wanda pun tidak lepas dari stereotipe terhadap kaum difabel. Tantangan demi tantangan harus ia lewati demi bisa diterima layaknya teman-teman yang lain. Salah satu tantangan terbesar yang harus ia lewati adalah berhadapan dengan cemoohan masyarakat. Hal ini terkadang membuat ia minder dan putus asa dengan kehidupan dunia. Namun keteguhan dan kesabaran hati perempuan 23 tahun ini mampu melewati belenggu dunia yang penuh onak dan duri. 

Awalnya, Wanda tidak lahir dengan kondisi cacat. Namun karena diduga ada kesalahan tindakan medis saat suntik polio membuat kakinya tak bisa tumbuh dengan normal. Kondisi itu baru diketahui seminggu setelah Wanda disuntik. Orangtuanya menyadari perubahan cara jalan Wanda yang tidak biasa. Sejak saat itu, ia menjadi cacat. 

Bulian adalah sebuah kata yang terus menghukum jantungnya semenjak puluhan tahun yang lalu. Hari-hari di saat dilecehkan teman, dikucilkan dari pergaulan, dan pulang ke rumah penuh tangisan. Yang ia ingat, tak ada yang bisa dilakukan selain berdiam diri di rumah. Di saat teman-teman sebayanya sedang asyik berlarian dan bermain. 

Keterbatasan inilah yang membuat orang tuanya harus berupaya agar Wanda bisa tumbuh seperti anak-anak pada umumnya. Apalagi Wanda adalah anak pertama yang sudah tentu mendapatkan kasih sayang penuh dari kedua orangtuanya. Saat usia sekolah, Wanda sempat disarankan untuk masuk SLB (Sekolah khusus difabel) namun ia menolak. Begitupun pada saat masuk SMA dan bahkan tidak jarang sekolah umum menolaknya dan menyarankan masuk SLB. Wanda bertekad untuk meyakinkan bahwa ia memiliki kapabilitas yang sama dengan mereka yang normal dan belajar di sekolah yang diinginkan. 

Hingga pada akhirnya ia diterima di sekolah umum. Ini menjadi sekelumit persoalan yang harus ia alami. Dimana untuk mendapatkan pendidikan yang diinginkan saja, sudah sangat sulit. Apalagi dalam mencari pekerjaan. 

"Saya punya tekad. Saya tidak peduli orang mau bilang apa. Menjelekan saya dan melihat kekurangan saya. Saya tetap ingin sekolah di SMA seperti teman-teman lain. Saya juga bisa seperti mereka dan terus membuktikan jika kekurangan fisik bukan ukuran untuk merendahkan saya," tegasnya, meluapkan isi hatinya. 

Berulang kali Wanda berucap syukur, entah apa jadinya jika saat itu tak satupun sekolah umum mau menerimanya. Barangkali Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah satu-satunya jalan pilihan yang harus ditempuh. SLB yang sebetulnya tidaklah "luar biasa" bagi kaum difabel. Karena di sekolah-sekolah itulah otak, hati dan fisik mereka dipisahkan dari komunitas luas hingga menciptakan sekat antara yang normal dan difabel.

"Saya beruntung masuk di sekolah umum jika dibandingkan dengan penderita difabel lain yang mau tidak mau harus sekolah di SLB yang notabene rela dianggap sebagai orang tidak normal. Ini penghukuman yang sungguh tidak adil terhadap kami," ujar Wanda, disambut tetesan air mata pertamanya.

Setelah menuntaskan pendidikan di SMA, putri dari pasangan Lalu Suparlan dan ibu Murni ini sempat putus asa untuk meraih mimpi dan cita-citanya. Ia tidak tahu harus kemana dan memulainya dari mana. Ia dihadapkan dengan posisi yang benar-benar tidak memihak. Ia tidak bisa mencari kerja. Juga tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Semua karena ekonomi keluarga yang serba terbatas. 

Kebetulan saat itu ayahnya belum memiliki pekerjaan. Wanda sadar betul dengan kondisi keuangan keluarga yang tidak memungkinkan untuk membiayai kuliahnya. 

Namun karena adanya keinginan yang kuat untuk mengenyam pendidikan, ia mencoba peruntungan mengikuti bidik misi melalui seleksi SNMPTN. Tapi sayangnya ia gagal.

Dengan kondisi tersebut, Wanda harus mengubur impiannya untuk kuliah. Ia mulai jualan pulsa agar tidak terus menerus membebani orangtuanya. Meski keuntungan tidak seberapa, minimal ia tidak lagi meminta-minta pada orang tua untuk uang jajan. 

Hingga pada suatu hari, sang ayah mendapat panggilan kerja lagi. Bak gayung bersambut, ayahnya yang mengetahui betul kemampuan Wanda menyarankannya untuk kuliah. Sebenarnya Wanda menolak karena tidak ingin menjadi beban keluarga. Apalagi, dua orang adiknya sudah mulai dewasa dan tentu memerlukan biaya kebutuhan sekolah. Namun sang ayah menguatkannya agar ia bisa tetap kuliah. Wanda pun memilih STKIP Taman Siswa Bima. 

Hari-hari di kampus dijalani dengan penuh cerita. Cerita yang berbeda. Ia bahkan sempat minder karena selalu menjadi pusat perhatian. Namun sekali lagi ia berusaha tegar dan mengingat janji kepada ayahnya yang begitu tulus ingin melihatnya sukses. Hal ini menjadi cambukan semangat agar bisa membanggakan kedua orangtuanya. 

"Jika boleh jujur, dari hati yang paling dalam, sungguh saya tak ingin mengulang kembali detil cerita luka yang saya alami sejak kecil hingga saat ini. Cemoohan dan hinaan mungkin tidak langsung saya dengar. Tapi saya tahu kok," urainya dengan nada terbata-bata menahan tangis. 

Hari-hari yang penuh kebahagiaan justru ia dapatkan setelah berada di kampus tersebut. Dimana ia mendapatkan sahabat-sahabat terbaik yang memberikan dukungan mental yang luar biasa sebagai jawaban atas kelemahannya. Bahkan setiap hari, ia selalu diantar pulang oleh teman-temannya dari tempat kuliah. 

"Di sini saya menikmati apa itu makna persahabatan. Persahabatan yang menjadi asa dan semangatku yang sebenarnya. Efeknya, saya memahami menjadi manusia yang utuh, kepercayaan diri mulai tumbuh dan mempengaruhi nilai IPK ku," katanya, dengan terus meluapkan perasaan yang selama ini membelenggu batinnya. 

Kebesaran hati yang dibarengi kemauan belajar serta adanya dukungan dari sahabat rupanya mampu mengantarkan Wanda menjadi salah satu mahasiswa terbaik di jurusannya. Hingga memasuki semester 3, Wanda sukses mendapat beasiswa sponsor untuk membiayai kuliahnya sendiri. Ini menjadi titik awal dimana ia mendapat tempat spesial di lingkungan kampus tersebut. 

Meski begitu, suatu kali ketika teman-temannya mengajak jalan-jalan, tidak lantas Wanda iyakan. Dia sangat menjaga perasaan teman-temannya. Ia tidak ingin teman-temannya menjadi pusat perhatian dan malu ketika harus jalan bersamanya. 

Satu hal yang ingin ia berikan adalah bagaimana menunjukkan kepada dunia bahwa kekurangan fisik bukanlah sesuatu yang menghambat cita-cita seseorang. Ini menjadi bukti bahwa di balik kelemahan tentu ada kelebihan. Wanda membuktikan hal itu dengan berbagai prestasi yang ditorehkan. Bahkan, ia sukses menyelesaikan kuliah dengan nilai hampir sempurna yakni 3.97. Sekaligus menjadi mahasiswi dengan nilai tertinggi pada Yudisium kedua STKIP Taman Siswa Bima pada 31 Agustus 2021 lalu. 

Dengan kesuksesannya meraih IPK tertinggi, semakin membuka mata dunia bahwa difabel juga mampu bersaing dengan orang-orang normal. 

Wanda menegaskan, kemalangan ini tidak harus diratapi terus-menerus. Karena hidup ini akan terus berjalan dengan iramanya masing-masing. Tak ada yang harus ia sesali dengan kondisinya. Ia hanya bisa bersyukur karena masih diberikan yang terbaik. 

"Awalnya saya berpikir, cukuplah ini menjadi hikmah dalam hidup yang harus saya timbun dalam-dalam di lubuk hati. Namun belakangan saya sadar. Ini sesungguhnya bukanlah cerita menyedihkan. Harusnya ini menjadi cerita membahagiakan tentang kekuatan dan keberhasilan melawan keterbatasan. Harusnya ini menjadi cerita hikmah yang sepatutnya didengarkan oleh setiap orang yang penuh kesempurnaan di dunia ini, agar kaum difabel bisa berjalan beriringan dalam setiap cerita-cerita hidup mereka," tuturnya dengan air mata yang tak pernah henti. 

Ia pun bertekad untuk membantu dan memperhatikan sesama difabel agar mereka tidak minder menghadapi kerasnya dunia. Wanda pun bermimpi pada suatu saat nanti ia bisa membuka lowongan pekerjaan untuk kaum difabel agar mereka bisa berkembang seperti orang-orang pada umumnya. Dengan disiplin ilmu yang ia dapatkan di STKIP Taman Siswa Bima pada jurusan Pendidikan Teknologi Informasi (PTI) ia akan berupaya menjadi seorang wirausaha. Baik dengan jasa desain maupun jualan online yang kini sudah mulai ia geluti.

"Sejak kecil, ayah selalu menanamkan kepada saya bahwa orang-orang terbaik adalah mereka yang bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya. Untuk yang merasa kekurangan, teruslah berjuang. Kita harus tetap berjuang untuk terus menerus jadi yang terbaik. Tidak ada yang bodoh, itu karena kita malas belajar saja," tuturnya, sembari merapikan jilbabnya yang sedari tadi sudah basah karena air matanya. 

Kini Wanda sudah sukses menunaikan janjinya kepada sang ayah dengan menjadi salah satu calon wisudawan terbaik. Ia akan mengimplementasikan ilmunya di kehidupan masyarakat yang sesungguhnya. Mimpinya untuk menjadi wirausaha dan mempekerjakan kaum difabel akan menjadi pelecut semangatnya untuk terus berkarier dan memberikan yang terbaik. Ia juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada STKIP Tamsis yang sudah memberikan kehormatan dan banyak membantu studinya. Terutama beasiswa bagi mereka yang mau belajar tanpa melihat kekurangan fisik. 

"Di kampus ini saya diberikan ruang untuk mengembangkan diri. Saya bisa memperjuangkan apa yang harus saya perjuangkan. Saya tidak lagi kesepian di rumah karena di kampus ini saya menemukan segalanya. Dengan jurusan PTI ini, insyaAllah semoga saya memiliki banyak peluang untuk mengembangkan usaha dan membantu orang lain," tutupnya. (*) 




COMMENTS

BLOGGER: 1
  1. MasyaAllah kak Wanda. Semoga impiannya tercapai. Aamiin. Tetap semangat terus. Sebagai bagian dari STKIP Taman Siswa Bima, saya bangga. Sehat selalu kak.

    BalasHapus

Nama

#Corona,124,ABRI,1,arena,54,Bandara,7,Bansos,52,Bawaslu,17,bhakti sosial,38,bima,2676,bima iptek,4,bima. Pariwisata,3,Bjayangkari,1,Coro,1,Corona,88,Covid-19,29,Curanmor,3,Daerah,1,Demonstrasi,2,des,1,Desa,53,dompu,134,Editorial,2,ekbis,223,Ekonomi,1,Ekonomi.,4,Eksbis,1,enterpreneur,1,event,1,explore,2,featured,122,Hoax,3,huk,2,hukrim,714,huksrim,3,hukum,1,Humaniora,1,HUT RI,1,inspiratif,1,iptek,30,Keagamaan,15,keamanan,8,kebudayaan,1,Kecelakaan,3,kehilangan,1,kejadian dan peristiwa,2,kemanusiaan,4,kepegawaian,1,kependudukan,12,kepolisian,168,Kesehatan,134,Kesenian,1,ketenagakerjaan,2,Kodim,15,Kominfo,5,Konflik,1,Korupsi,11,kota bima,296,KPU,3,KSB,2,lingkungan,115,lombok,109,Maklumat,2,Mataram,92,miras,1,Narkoba,8,Nasional,15,NTB,1,olahraga,24,Opini,50,Pariwisata,81,Pelayanan Publik,13,pembangunan,25,pembangunan.,2,pemerintahan,786,Pemilu,1,Pemprov,3,Pemprov NTB,143,pendidikan,397,pendidikan.,8,Perbankan,1,Perguruan Tinggi,3,perhubungan,7,perisstiwa,47,peristiwa,468,peristuwa,1,Perjudian,2,persitiwa,6,Pertamina,2,pertanian,40,Peternakan,3,politik,282,Politik.,9,Prahara,12,Prestasi,34,Provinsi,1,puisi,1,regional,5,religi,53,religius,43,Sains,1,SAJAK,1,seni,1,SKCK,1,sosbud,193,Sosial,42,Sosok,6,SUDUT PANDANG,1,sumbawa,20,Tajuk,2,Tekhnologi,2,TKI,5,TNI,1,transportasi,4,travel,5,Tribrata,1,Vaksinasi,25,video,18,warta bawaslu,1,
ltr
item
Poros NTB: Curahan Hati Wanda, Penyandang Difabel yang Sukses Menjadi Lulusan dengan Predikat Pujian
Curahan Hati Wanda, Penyandang Difabel yang Sukses Menjadi Lulusan dengan Predikat Pujian
https://lh3.googleusercontent.com/-T6ou6qZhZW0/YTUhnSJ9vlI/AAAAAAAARc0/2s0zpRk0BwQu5N3eHtX01hwduzuaGldfQCLcBGAsYHQ/s1600/IMG_20210831_151354.jpg
https://lh3.googleusercontent.com/-T6ou6qZhZW0/YTUhnSJ9vlI/AAAAAAAARc0/2s0zpRk0BwQu5N3eHtX01hwduzuaGldfQCLcBGAsYHQ/s72-c/IMG_20210831_151354.jpg
Poros NTB
https://www.porosntb.com/2021/09/curahan-hati-wanda-penyandang-difabel.html
https://www.porosntb.com/
https://www.porosntb.com/
https://www.porosntb.com/2021/09/curahan-hati-wanda-penyandang-difabel.html
true
2479742407306652642
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy Table of Content