Dibaca Normal
![]() |
Hadijah, foto di gubuk miliknya |
Bima, porosntb.com-Di tengah bergeliatnya pembangunan dan proyek-proyek pemberantasan kemiskinan di Kabupaten Bima, tidak selamanya dapat dinikmati oleh sebagian masyarakat. Salah satunya adalah warga di Desa Simpasai Kecamatan Monta, A Majid dan Hadijah.
Sudah berpuluh tahun mereka hidup di gubuk reot dengan beratapkan jerami dan berdinding kain di RT 12 desa setempat. Kedua kepala keluarga ini hanya sebagai buruh tani. Kehidupan mereka selalu luput dari perhatian pemerintah. Baik bantuan sosial, kesehatan maupun bantuan pembangunan rumah tidak layak huni.
A Majid (50) hidup sebatang kara, tak punya istri dan anak. Dia tinggal sendiri di saung ukuran 4x3 meter. Saung empat tiang itu, menjadi saksi kehidupannya sejak ia kecil.
"Sehari-hari ya jadi buruh tani. Itupun kalau ada orang yang membutuhkan jasa saya," ujarnya, Jumat (24/1/20).
Lelaki paruh baya yang sudah lama ditinggalkan istrinya ini mengaku tidak pernah mendapat bantuan dalam bentuk apapun dari pemerintah. Dia bekerja serabutan demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Lain cerita dengan Hadijah M. Sidik (45). Sudah puluhan tahun tinggal di saung reot 4 tiang bersama empat buah hatinya. Ibu yang telah ditinggal suaminya ke luar negeri ini juga bekerja sebagai buruh tani untuk menyambung hidup. Justru, ibu empat anak ini harus kerja lebih ekstra karena kebutuhan hidupnya sehari-hari lebih banyak lantaran harus mengasuh keempat anaknya.
"Jadi buruh tani hanya musiman. Saya kerja apa aja agar bisa mencukupi kehidupan anak-anak saya," ujarnya.
"Apalagi bagun rumah, untuk kebutuhan hidup saja tidak cukup. Sedangkna suami yang ke Malaysia sudah setahun lebih, tapi tak pernah ada kabar sama sekali," ratapnya.
Di saung yang begitu sempit itu dia harus membesarkan buah hatinya sendiri. Kondisi rumah yang sesak itu, dirasakan betul saat musim hujan seperti saat ini. Rumah yang beratap alang-alang, tentu tidak nyaman karena air hujan menetes di dalam saungnya.
"Kalau musim hujan kayak gini tidak bisa tidur, kita duduk saja walau malam hari," katanya.
Diakui, selama ini dia selalu luput dari bantuan pemerintah. Kedua kepala keluarga ini berharap adanya uluran tangan dari pemerintah seperti bantuan bedah rumah sehingga mereka bisa tidur nyenyak saat malam hari.(*)
Penulis : Nurdin Ar SH
Editor : Edo
COMMENTS