Dibaca Normal
 |
| Foto Net: Animasi |
Suami hakekatnya adalah pemimpin rumah tangga. Sebagai imam, sudah selayaknya dihormati. Sebaliknya, istri adalah makmum yang harus taat kepada suami. Meski begitu, terkadang hal ini bisa saja terbalik di kehidupan nyata. Justru istri yang menjadi imam dan berperilaku layaknya kepala keluarga seperti pasangan asal Kecamatan Ambalawi ini. Suami yang merasa tidak dihargai memilih untuk berpisah.
--------
Porosntb.com-Pasangan ini sudah menikah delapan tahun lalu. Dari pernikahan tersebut mereka sudah dikaruniai dua orang anak. Namun sejak dua bulan terakhir, keharmonisan keluarga ini terganggu. Mereka mulai pisah ranjang.
Disharmonisasi pasangan suami istri ini, sebut saja Dae dan Mano sudah berlangsung lama. Pasnya saat Mano memiliki pekerjaan sebagai guru honorer. Sikapnya berubah drastis, dan sudah berani memarahi Dae.
Parahnya lagi, Mano doyan kelayapan dengan teman-teman barunya. Dia lupa dengan statusnya sebagai istri Dae dan ibu dari dua anaknya. Seolah mendapatkan hidup baru, Mano tak pernah menggubris teguran Dae karena sikap buruknya tersebut. Malah semakin fashionable. Bahkan, Mano diisukan berselingkuh.
Usut punya usut, perubahan sikap Mano ditengarai oleh hegemoni kehidupan mewah. Mano ingin terlihat wah dan up to date di hadapan teman-temannya. Memang Dae tidak bisa memberikan dolar yang melimpah kepada Mano. Karena Dae hanya seorang petani dan tak punya penghasilan bulanan.
Dae yang sudah tak sanggup memilih kabur dari rumah bersama kedua anaknya. Selain karena suka keluyuran, Mano juga selalu marah-marah saat pulang ke rumah.
"Sebagai suami, saya merasa tidak pernah dihargai. Kesannya saya hanya dipandang sebelah mata. Memang saya tidak punya pekerjaan, dan hanya seorang buruh tani. Sehingga tidak bisa memberikan kehidupan yang mewah untuknya. Sementara istri saya seorang guru honor," ujar Dae di Kantor Pengadilan Agama Bima, belum lama ini.
"Setiap hari kerjaannya hanya marah-marah. Saya selalu disalahkan dan tidak pernah benar di matanya. Saya berusaha untuk mengerti apa yang diinginkannya, karena saya mencintai dia setulus hati," tambahnya.
Namun, semakin kesini sikap Mano semakin parah. Bahkan, waktu untuk makan bersama pun sudah tidak ada lagi dia luangkan. Begitu juga untuk mengurus dua buah hati mereka, semuanya jadi tugas Dae.
"Alasan dia keluyuran karena katanya ada pertemuan guru dan sebagainya. Padahal saya tau dia keluyuran untuk jalan-jalan," cerita Dae.
Menghadapi sikap Mano, Dae tidak pernah mengeluh, justru hikmahnya anak-anak lebih dekat dengannya.
"Puncak dari masalah kami saat saya menegur untuk mengubah sikap buruknya. Ternyata teguran saya justru ditanggapi dengan emosi dan kembali melontarkan kata-kata kasar. Sehingga pertengkaran pun terjadi," katanya.
Usai pertengakaran itu, mereka masih hidup seatap. Karena cinta yang luar biasa kepada Mano membuat Dae terus bersabar dan mencoba mengerti apa yang diinginkannya.
"Selama ini saya tidak pernah berpikir negatif kepadanya, apalagi curiga dengan gelagatnya. Meski saya sempat mendapat kabar bahwa dia berselingkuh, tapi tidak langsung saya percaya. Karena sampai sekarang, saya belum bisa membuktikan kebenaran kabar itu," tegasnya.
Kini Dae sudah mengajukan permohonan talak. Dalam tuntutan, Dae meminta hak asuh dua buah hatinya. Serta meminta agar rumah tempat tinggal mereka dijual dan hasilnya dibagi.
"Anak adalah segala-galanya. Tidak ada siapapun yang bisa menjauhkan saya dari mereka. Biarlah dia (istri) pergi bersama amarah dan perselingkuhannya," tutup Dae. (*)
COMMENTS