--> Peraih Cumlaude Itu Yatim Piatu, Dedikasikan Gelar Sarjana di Makam Kedua Orangtua | Poros NTB

Peraih Cumlaude Itu Yatim Piatu, Dedikasikan Gelar Sarjana di Makam Kedua Orangtua

SHARE:

Dibaca Normal


Abdul Razak saat merayakan gelar sarjananya di atas pusara kedua orang tua


Prosesi wisuda menjadi momen istimewa bagi mahasiswa. Selain karena sudah memiliki gelar sarjana, di momen itu wisudawan akan dikelilingi oleh orang-orang terdekat. Tak terkecuali kehadiran orang tua. Lain halnya dengan Abdul Razak. Wisudawan terbaik dengan IPK 3.83 dari Prodi PJKR STKIP Taman Siswa Bima ini, harus menikmati akhir kuliahnya tanpa kedua orang tua. Berikut sekelumit kisahnya. 


Penulis : Edo Rusadin


Menuntaskan kuliah dengan predikat cumlaude merupakan kebahagiaan tersendiri bagi orang tua, karena anaknya bisa berhasil menyelesaikan studi di kampus dengan status terbaik. Biasanya, mereka suka cita merayakan kelulusan tersebut dengan memberi hadiah atau kado berupa karangan bunga, boneka hingga kejutan lainnya. Momen bahagia inilah yang dirasakan oleh para wisudawan dan wisudawati saat dikelilingi oleh orang-orang yang disayangi.

Namun, hal ini bertolak belakang dengan kisah seorang wisudawan yang satu ini. Tidak ada orang tua yang menemaninya. Dia merayakannya sendiri. 

Abdul Razak memang seorang yang mandiri. Dia sudah melalui lika liku kehidupan tanpa kehadiran orang tua sejak usianya masih sangat belia. Bahkan Pemuda asal Wadu Mbolo Kota Bima ini belum sempat melihat jelas wajah ayahnya lantaran sudah lebih dulu menghadap illahi di saat usianya belum genap tiga tahun. Dulunya, Sang ayah Abdurrahman adalah seorang nelayan hebat. Hampir setiap hari selalu pulang dengan rezeki melimpah. Kebutuhan hidup mereka selalu tercukupi.

"Saya belum sempat mengenali wajah ayah saya, karena masih kecil. Juga tidak ada fotonya," kata Abdul Razak. 

Sang ayah meninggal karena komplikasi penyakit. Kehilangan seorang ayah rupanya membuat sang bunda tersiksa. Kondisi ini membuat Sang bunda, Fatimah, AR jatuh sakit. Hingga sang bunda ikut menyusul suaminya saat Abdul Razak baru masuk kelas 1 SD. 

Iya, di usianya yang baru 6 tahun itu, Abdul Razak sudah menjadi yatim piatu. Dia tidak punya siapa-siapa kecuali empat orang kakaknya yang saat itu masih remaja. Meski mereka tinggal serumah, namun untuk menutupi kebutuhan hidup memaksa mereka harus berpindah-pindah. 

Terlebih lagi peralatan nelayan yang dimiliki ayahnya semasa hidup sudah habis dijual untuk menutupi biaya berobat kedua orang tuanya. Kehidupan Pemuda kelahiran 10 Desember 1994 ini perlahan mulai goyah. Dia tak lagi punya pegangan, bak perahu di laut lepas menanti kemana angin membawanya. 

"Hidup saya tidak karuan, bahkan sekolah pun jarang. Karena tidak ada yang mengurus. Saya ikut abang dan kakak kemana mereka pergi," ujarnya penuh lirih. 

"Tidak ada yang lebih sakit dari ditinggalkan orangtua," imbuhnya penuh makna. 

Karena sekolahnya terbengkalai memaksa Abdul Razak kembali ke rumah dan berharap belas kasih dari paman dan bibinya, walau sekadar untuk makan. 

"Kami sudah pasrah. Kami berpencar setelah orang tua meninggal. Tidak ada rindu yang paling sakit selain rindu kepada mereka yang telah tiada," ujar Abdul Razak berusaha tetap tegar. 

Seiring berjalannya waktu, abangnya yang pertama dan ketiga, pergi merantau ke Jakarta dan sekarang menjadi karyawan pabrik. Sedangkan dua kakak perempuannya masih berada di Bima dan sudah berkeluarga. 


Awal Masuk Kuliah




Alumni SMKN 1 Kota Bima tahun 2013 ini mengarungi pendidikan dengan penuh duri. Jangankan untuk masuk kuliah, untuk biaya sekolah sehari-hari saja masih susah. Tapi untungnya, di SMKN 1 Kota Bima, biaya sekolahnya digratiskan. Sekolah gratis yang ia dapat bukanlah tanpa alasan. Selain rajin dan pintar, Abdul Razak sangat ramah dengan siapapun. Sehingga tidak heran pihak sekolah menaruh perhatian khusus padanya. Bahkan hingga tamat sekolah, dia ditawarkan jadi staf TU di sekolah tersebut. 

"Saya mengabdi di sekolah itu, karena katanya saya rajin. Saya nggak berani nolak karena saya sekolah gratis di sana. Sampai sekarang saya masih kerja di sana," katanya. 

Setelah menjadi staf TU selama 3 tahun di sekolah tersebut, suatu hari kepala sekolah memanggilnya ke ruangan. Sebelum wafat, kepala sekolah menitip pesan agar Abdul Razak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. 

"Setelah almarhum menyarankan untuk kuliah, barulah saya kepikiran. Saya coba bicarakan dengan abang karena kuliah itu butuh uang. Alhamdulillah saat itu, abang saya dua orang yang kerja di Jakarta mendukung. Menurut mereka, mungkin saya satu-satunya yang bisa membanggakan mereka yang tak pernah merasakan bangku kuliah," kisahnya. 

Waktu pendaftaran kuliah saat itu tinggal hari itu. Dia mengemasi berkas persiapan pendaftaran lalu berangkat menuju kampus induk di Padolo, Kabupaten Bima. Di saat-saat injuri time itu, dia akhirnya mendaftar. 

"Saya daftar paling terakhir di kampus induk dan saya tes sendiri. Biaya pendaftaran saat itu patungan abang dan kakak perempuan saya," ceritanya. 

Sejak masuk di bangku kuliah, Abdul Razak memang sudah siap fight dan bertekad membanggakan abang dan kakaknya. Dia tidak ingin mengecewakan kedua saudaranya yang telah membiayai kuliahnya.

Masih sama seperti saat SMA, Abdul Razak tak pernah bolos kuliah. Setiap hari dia berangkat ke kampus dengan menyewa ojek karena tak punya kendaraan pribadi walau itu hanya motor butut. 

"Kalau pulang ada teman yang antar. Karena saya memang nggak punya apa-apa," ujarnya. 

Keuletan Abdul Razak rupanya tidak sia-sia. Kesungguhan hati mengenyam bangku kuliah terbayar tuntas setelah semester pertama berhasil meraih IPK tertinggi yakni 3.96. Tren ini rupanya tidak sampai di situ, Abdul Razak bahkan sukses mengukuhkan diri sebagai yang terbaik selama 8 semester berturut-turut. 

Wajar saja jika pemuda ini diganjar beasiswa prestasi di kampus pada semester 5. 

"Beasiswa saat itu sebesar Rp 4.8 juta. Itu yang saya gunakan untuk bayar kuliah," urainya. 

Karena berhasil meraih beasiswa, abangnya di Jakarta ikut bangga dan terharu melihat potensi adiknya. Bahkan, sang kakak membelikan sepeda motor bekas hasil gadai temannya yang tak bisa dilunasi dan dikirimkan untuk Abdul Razak. 

Semangat wisudawan terbaik ini makin membahana. Dia semakin aktif di kampus dan mengikuti organisasi kemahasiswaan. Hingga akhirnya berhasil masuk sebagai wisudawan terbaik. 

Prestasinya itu ia dedikasikan untuk mendiang kedua orang tua. Selepas wisuda, ia lantas berziarah ke makam mereka dengan toga yang masih di kepala. 

"Saya ingin merayakan kebahagiaan ini bersama mereka. Semoga mereka ikut senang melihat selempang wisudawan terbaik ini," ujarnya dengan nada terbata-bata. 

"Kalau seandainya orang tua masih ada, tentu mereka akan bangga. Kalau ada ucapan dia atas terimakasih itu yang akan saya sampaikan. Tanpa orang tua kita tak akan bisa seperti ini. Bagi teman yang masih punya orang tua, jangan buat mereka sakit hati, buatlah mereka bangga," pesannya. (*) 









COMMENTS

Nama

#Corona,124,ABRI,1,arena,54,Bandara,7,Bansos,52,Bawaslu,17,bhakti sosial,39,bima,2680,bima iptek,4,bima. Pariwisata,3,Bjayangkari,1,Coro,1,Corona,88,Covid-19,29,Curanmor,3,Daerah,1,Demonstrasi,2,des,1,Desa,53,dompu,134,Editorial,2,ekbis,226,Ekonomi,1,Ekonomi.,4,Eksbis,1,enterpreneur,1,event,1,explore,2,featured,122,Hoax,3,huk,2,hukrim,715,huksrim,3,hukum,1,Humaniora,1,HUT RI,1,inspiratif,1,iptek,30,Keagamaan,15,keamanan,8,kebudayaan,1,Kecelakaan,3,kehilangan,1,kejadian dan peristiwa,2,kemanusiaan,4,kepegawaian,1,kependudukan,12,kepolisian,168,Kesehatan,135,Kesenian,1,ketenagakerjaan,2,Kodim,15,Kominfo,5,Konflik,1,Korupsi,11,kota bima,306,KPU,3,KSB,2,lingkungan,115,lombok,109,Maklumat,2,Mataram,92,miras,1,Narkoba,8,Nasional,15,NTB,1,olahraga,24,Opini,50,Pariwisata,81,Pelayanan Publik,13,pembangunan,25,pembangunan.,2,pemerintahan,798,Pemilu,1,Pemprov,3,Pemprov NTB,143,pendidikan,399,pendidikan.,8,Perbankan,1,Perguruan Tinggi,3,perhubungan,7,perisstiwa,47,peristiwa,468,peristuwa,1,Perjudian,2,persitiwa,6,Pertamina,2,pertanian,40,Peternakan,3,politik,282,Politik.,9,Prahara,12,Prestasi,34,Provinsi,1,puisi,1,regional,5,religi,58,religius,43,Sains,1,SAJAK,1,seni,1,SKCK,1,sosbud,193,Sosial,42,Sosok,6,SUDUT PANDANG,1,sumbawa,21,Tajuk,2,Tekhnologi,2,TKI,5,TNI,1,transportasi,4,travel,5,Tribrata,1,Vaksinasi,25,video,18,warta bawaslu,1,
ltr
item
Poros NTB: Peraih Cumlaude Itu Yatim Piatu, Dedikasikan Gelar Sarjana di Makam Kedua Orangtua
Peraih Cumlaude Itu Yatim Piatu, Dedikasikan Gelar Sarjana di Makam Kedua Orangtua
https://lh3.googleusercontent.com/-0wxSi78tzXo/X45GVol4A1I/AAAAAAAAKX0/Z1ue32YX6CUzA-p2_a5MeUJIMwxfCKk2ACLcBGAsYHQ/s1600/IMG_20201020_094250.jpg
https://lh3.googleusercontent.com/-0wxSi78tzXo/X45GVol4A1I/AAAAAAAAKX0/Z1ue32YX6CUzA-p2_a5MeUJIMwxfCKk2ACLcBGAsYHQ/s72-c/IMG_20201020_094250.jpg
Poros NTB
https://www.porosntb.com/2020/10/peraih-cumlaude-itu-yatim-piatu.html
https://www.porosntb.com/
https://www.porosntb.com/
https://www.porosntb.com/2020/10/peraih-cumlaude-itu-yatim-piatu.html
true
2479742407306652642
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy Table of Content