 |
| Dedy Rosadi, (Kiri) foto bersama mendiang Alm H Sudirman Ismail (Kanan) |
Bima, porosntb.com-Tidaklah suatu karya lahir tanpa tetesan keringat. Perjalanan panjang dalam mendirikan Yayasan Lembaga Pendidikan Taman Siswa Bima oleh mendiang, Alm. Drs. H. Sudirman Ismail, M.Si., bersama Alm. Drs. A. Wahab tidaklah mudah. Jalan berliku, hingga tertatih-tatih sudah mereka lalui demi peradaban pendidikan di Bima.
Dalam menancapkan peradaban di dunia pendidikan, banyak terpaan dan rintangan yang dijumpai di setiap langkah mereka. Pernah gagal hingga mendapat hujan cemoohan serta cibiran. Namun karena tekat yang kuat, tak membuat H Sudirman Ismail surut dan pasrah.
Perjuangan di iringi do'a dan kesabaran rupanya membawa alm H Sudirman Ismail mampu untuk bertahan dalam melewati badai hingga sampai di puncak kesuksesan. Kini, karya keduanya telah mewarnai dua pendidikan dan dinamika pembangunan di pelosok desa, hingga ke kancah perpolitikan daerah.
“Aji (alm. Drs. Sudirman Ismail, M.Si, red) mulai membangun karya dan peradaban di Bima dengan membuka kursus mengetik dan menjahit. Alhamdulilah kegiatan ini sangat direspon oleh konsumen sehingga tempat kursus ramai dikunjungi oleh pengguna jasa mengetik dan menjahit. Selanjutnya aji membangun STM Taman Siswa, namun kegiatan ini kurang begitu sukses karena kekurangan siswa dan banyak siswa yang tidak lulus lewat ujian negara sehingga STM Taman Siswa ditutup,” cerita dosen senior yang ikut andil dalam berdirinya STKIP Tamsis Bima, Dedy Rosadi, M.Pd., M.Sc.
Meski H Sudirman gagal membangun STM Taman Siswa, namun almarhum tidak pernah putus asa dalam berkarya. Mendiang yang menjadi panutan itu kembali bangkit, mencoba lagi dengan membangun kampus: STKIP Taman Siswa Bima. Pada masa itu, tantangan yang dihadapi semakin berat, salah satunya adalah perjuangan mendapatkan ijin operasional dari Dirjen Dikti.
“Aji pulang pergi Jakarta - Bima seperti pulang pergi Bima – Tente. Begitu seringnya Aji ke Jakarta dalam rangka memperjuangkan ijin operasional kampus. Belum lagi setiap berangkat ke Jakarta sambilan membawa air madu ukuran jerigen, sebagai oleh-oleh. Tantangan yang paling besar yang dihadapi Aji dalam membangun kampus adalah cibiran dan cemoohan dari rekan dan tetangga tempat tinggal bahkan kampus-kampus tetangga mencibir soal ijin operasional yang tidak akan dikeluarkan oleh Dikti,” kenang Dedy Rosadi.
Sebagai seorang yang sudah makan asam garam sukses dan gagal dalam berjuang, sang pendiri itu tidak patah semangat. Justru semakin membangkitkan semangat kepada yang lain untuk terus berjuang dan memperbaiki semua dokumen yang dibutuhkan untuk syarat ijin operasional kampus. Salah satu kata motivasi yang kerap diucapkan adalah “Kalian kerja saja siapkan semua dokumennya, biarkan aji yang lobi ke Jakarta, jangan patah semangat,”.
“Alhamdulillah berkat kesabaran dan perjuangan yang tidak mengenal lelah, akhirnya keluarlah ijin operasional kampus bernomor 176/d/o/2007. Suksesnya perjuangan ini laksana hujan di musim kemarau. Aji mau menunjukan ke khalayak Bima bahwa perjuangan telah sukses dengan memerintahkan ke kami untuk memasang spanduk di depan rumah Rabangodu Utara dan di kampus,” urai dosen senior di STKIP Tamsis Bima itu.
Langkah selanjutnya, Alm H Sudirman mengurus kampus dan membuat terobosan-terobosan. Jumlah mahasiswa makin banyak bahkan menembus angka 7000. Di kampus, Almarhum merupakan sosok pemimpin yang tahu dan memahami kekurangan rekan kerjanya.
"Beliau seorang bapak dan orang tua bagi saya. Tiap hari saya diberikan nasehat, kadang dibentak jika ada kekeliruan mengambil kebijakan, namun marahnya hanya sebentar sudah itu baik lagi. Selain itu Aji selalu ajak makan bersama mi campur ayam, ayam itupun beliau beli bibitnya di pasar kemudian dilepas di sawah, setelah besar dipanen untuk acara makan bersama,” ulas Kepala SMAN 1 Kota Bima ini.
Bagi Dedy, kenangan bersama alm begitu banyak dan susah untuk dilupakan. Ia mengaku, banyak hikmah yang dapat atas kebersamaan dengan almarhum. Di mata Dedy, H Sudirman adalah seorang pemimpin yang mengayomi bawahannya, pejuang yang pantang mundur sebelum sukses dalam berjuang, dermawan dan sensitifitas terhadap kekurangan sahabat dan keluarga, sangat sayang dengan keluarga besarnya, seorang negosiator atau pelobi yang ulung, dan tidak pernah takut untuk menghadapi pejabat.
“Pesan Aji yang sangat mendalam buat saya adalah; Jasmerah, cari harta perlu proses, jangan lupa kebiasaan sedekah, jangan jadi pemain tinju yang selalu mengepalkan tangannya, tapi jadilah pemain karate yang selalu membuka tangannya. Artinya jangan jadi orang pelit, jadilah seorang dermawan, Sholat Duha supaya rizki lancar. Semoga aji husnul khotimah dan ditempatkan di maqam yang layak di sisi Allah. Aamiin,” do'anya.
Jas Merah: Ungkapan yang Selalu Disampaikan Almarhum H. Sudirman
Dedy Rosadi (Kanan) foto bersama dosen STKIP Tamsis Ady Irawan memakai jas Merah
Almarhum Drs. H. Sudirman Ismail, M.Si., memiliki banyak mitra dan rekan kerja. Baik di organisasi keguruan, olahraga, maupun di lingkungan akademik. Dedy Rosadi selaku kepala SMAN 1 Kota Bima adalah salah satu mitra yang sangat merasa kehilangan atas berpulangnya H Sudirman.
"Jas merah, jangan sekali kali meninggalkan sejarah," kata yang kerap diucapkan H Sudirman dengan penuh semangat mengajak Civitas Akademika STKIP Taman Siswa (Tamsis) Bima untuk selalu memegang prinsip jas merah. Karena seorang yang berpegang dengan prinsip Jas merah maka hidupnya akan selalu dikenang oleh yang selalu bersamanya.
“Ungkapan yang sarat makna ini menjadi prinsip hidup seorang Sudirman yang terlahir di Desa Tente Bante Kacamatan Woha, tahun 1956. Karena beliau sadar bahwa dalam hidup dan kehidupannya tidak lepas dari uluran dan bantuan orang lain sampai menjadi sosok yang sukses di mata masyarakat maupun keluarga besarnya,” ungkap Dedy.
Baginya, Almarhum merupakan maha guru dalam menimba pengalamannya sebagai tokoh pendidikan dan olahraga di kota maupun Kabupaten Bima. Namun, sebelum menggapai kesuksesan itu semua, beliau melewati banyak onak dan duri. Begitu pahitnya awal perjuangan dalam menggapai kesuksesannya dalam membangun dan membesarkan STKIP Tamsis Bima. (*)
Sumber Humas STKIP Tamsis
Editor: Edo
COMMENTS