Dibaca Normal
![]() |
Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Bima, Rifaid, M.Ap |
Bima, Poros
NTB.- Amad, bocah 10
tahun, warga Desa Naru Kecamatan Woha, bersama teman-teman bermainnya lari
terbirit-birit dengan panik sambil teriak panggil ayahnya, saat melihat seekor
anjing berlari ke arah mereka.
Sebelum ini,
bagi Amad dan teman-temannya, sesekali berpapasan dengan seekor anjing yang
melintas di gang tempat mereka bermain menuju persawahan adalah hal yang
lumrah.
Namun sejak
Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit anjing gila (rabies) di Kabupaten
Dompu yang memakan 6 korban jiwa beberapa waktu lalu, trauma anjing juga
memapar masyarakat Bima.
Kasus manusia
digigit anjing, tiba-tiba menjadi atensi utama pemerintah daerah saat ini.
Menurut Kepala
Bidang P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Bima, Rifaid, M.Ap, saat ditemui Rabu
(20/2/19) kemarin, sejauh ini kasus manusia digigit anjing di Kabupaten Bima yang sudah dilaporkannya ke
Pemerintah Provinsi sejumlah 15 kasus. Tersebar di Kecamatan Donggo 5 kasus,
Sanggar 5 kasus, Madapangga 3 kasus, Soromandi 1 kasus, dan Bolo 1 Kasus.
Sementara
tambahan kasus yang baru diterima dan belum dilaporkannya sejumlah 9 kasus.
Yakni di Donggo 5 Kasus, dan Sanggar 4 Kasus.
“Jadi total
kasus manusia digigit anjing yang masuk, ada 24 Kasus,” ungkap Rifaid. “Yang
terbanyak di Donggo,10 kasus, dan Sanggar 9 kasus,” bebernya lebih rinci.
Untungnya,
Rifaid menyatakan, dari 24 kasus tersebut, belum ada satupun korban yang
terindikasi rabies.
Meski begitu,
24 korban digigit anjing belum bisa dipastikan telah aman dari rabies. Karena,
jelasnya, masa inkubasi penyakit rabies terkadang mencapai hitungan bulan.
“Jadi pasca
digigit anjing, tidak serta merta menunjukkan gejala rabies. Tergantung daya
tahan tubuh korban, dan lokasi gigitan,” ujar Rifaid.
Jika di bawah
ujung kaki, untuk naik ke jantung butuh waktu lama sehingga makin lama
prosesnya. Sedangkan makin dekat gigitan dengan organ jantung, seperti di leher
dan kepala, maka makin cepat prosesnya terinfeksi rabies.
Karena masa
inkubasi rabies yang bervariasi, kata Rifaid, 24 korban gigitan akan terus
dipantau hingga dipastikan aman dari rabies. “Tugas kita memberikan VAR dan
Serum Anti Rabies (SAR). VAR untuk korban gigitan, dan SAR ini diberikan
selektif pada mereka yang gigitannya pada daerah dekat jantung.” Paparnya.
Lantaran, ketersediaan SAR yang terbatas dan harganya yang mahal.
Untuk
diketahui, pasca KLB rabies di Dompu, Kementerian pertanian (Kementan) telah
mendrop 9000 VAR ke NTB. Sementara SAR masih terbatas.
langkah awal
yang dilakukan Dikes melalui Puskesmas untuk menangani korban gigitan anjing
agar tidak terinfiksi rabies, yakni selain mengobati luka, juga dengan
menyuntikkan 2 dosis Vaksin Anti Rabies (VAR), masing-masing 1 dosis di lengan
kiri dan kanan.
“Seminggu
kemudian, 1 dosis lagi. Selang seminggu kemudian 1 dosis lagi. Jadi totalnya 4
dosis untuk 1 orang” imbuhnya.
Terkait
Pertolongan Pertama pada Kecelakaan, sesaat korban digigit anjing, iamenghimbau
agar pertama-tama mencuci luka gigitan dengan air yang mengalir menggunakan
sabun sekurang-kurangnya 15 mili, kemudian diberikan betadine, dan Setelahnya
dirujuk ke sarana kesehatan. Baik di puskesmas maupun rumah sakit agar
ditangani secara insentif oleh tenaga medis.
NTB dalam
beberapa dekade terakhir, kata dia, bukan merupakan wilayah endemis rabies.
Seperti halnya Bali dan Flores. Mungkin Namun untuk mengantisipasi meluasnya
wabah rabies di Kabupaten Bima, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Bersama
Dinas Kesehatan kini secara intensif melakukan penyuluhan sejak 31 januari lalu
di wilayah-wilayah prioritas.
“Seperti di
Madapangga, Sanggar, Rora, dan Tambora,” ucapnya. Mengingat wilayah tersebut
berbatasan dengan Dompu. (Aden)
COMMENTS