--> Perjuangan Nurwahidah Menembus Cumlaude Dari Hasil Upah Cuci Baju Tetangga | Poros NTB

Perjuangan Nurwahidah Menembus Cumlaude Dari Hasil Upah Cuci Baju Tetangga

SHARE:

Dibaca Normal


Nurwahidah SPd



Keterbatasan finansial bukanlah suatu alasan seseorang untuk berkembang lebih baik. Keterbatasan juga tidak memudarkan cita–cita seseorang dalam menggapai prestasi. Nurwahidah, SPd contohnya. Ekonomi keluarga tak memungkinkan untuk membiayai kuliahnya. Bahkan untuk kebutuhan makan sehari-hari saja, orang tuanya masih susah. Namun semangatnya tidak pernah padam. Menurutnya, cerita harus berlanjut dan mimpi harus terajut.  Simak kisahnya berikut ini. 


Penulis : Edo Rusadin

Tak semua orang terlahir beruntung, bisa mengenyam pendidikan tanpa harus memikirkan biaya. Bagi Nurwahidah, dibutuhkan perjuangan panjang dan jatuh bangun untuk bisa sekolah dan kuliah, karena terlahir dari keluarga yang serba kekurangan.

Wanita asal Desa Pandai Kecamatan Woha ini merupakan sarjana pendidikan Matematika di STKIP Taman Siswa Bima. Ia berhasil memperoleh gelar sebagai wisudawan terbaik satu di Prodi tersebut dengan Indeks Prestasi Komulatif (IPK) nyaris sempurna, 3.91. Namun, perjuangannya untuk bisa mengenyam pendidikan hingga menyegel predikat Cumlaude itu tidaklah mudah. Ada air mata dan peluh keringat yang setia menemaninya.

Sebelum sukses meraih yang terbaik di jurusan Matematika, perempuan yang akrab disapa Ida itu harus berjibaku dengan waktu dan menguras tenaga. Hidup dengan sembilan orang saudaranya di suatu gubuk bukanlah sesuatu yang manis. Mereka harus saling berbagi walau itu sedikit. 

Awalnya, anak kelima dari sepuluh bersaudara ini tidak pernah mengkhayal untuk menjadi mahasiswa, apalagi merengkuh prestasi terbaik. Jangankan untuk kuliah, masuk SMP saja dilarang orang tua lantaran masalah ekonomi. 

"Karena saya punya banyak saudara yang harus diurus oleh orang tua, tentu ada yang harus dikorbankan. Sehingga saya dilarang masuk SMP," urainya, pelan. 

Selain karena harus menanggung biaya SPP, alasan lain yang memaksa orang tuanya melarang Ida sekolah adalah seragam. Ayahnya Ahmad adalah seorang buruh tani dengan penghasilan musiman. Itupun kalau ada panggilan. Sementara ibunya, mengurus rumah tangga dan sesekali membantu ayahnya di sawah.

Pantas saja orangtuanya tak mampu membeli seragam sekolah buat Ida dan adik-adiknya. Mereka hanya mampu membeli dua set seragam, itupun dipakai bergiliran untuk empat orang kakaknya yang masih sekolah.

Tapi kemauan dan tekad yang kuat membuat Ida mencari alternatif agar bisa melanjutkan sekolah. 

"Saya meminjam seragam sekolah milik tetangga. Nggak apa-apa bekas, yang penting saya bisa sekolah," ucapnya, dengan nada sendu. 

Dia percaya, suatu saat nanti apa yang ia perjuangkan akan berbuah manis, meski harus tertatih-tatih. Hingga ia mendapat beasiswa sekolah gratis selama tiga tahun di SMP. 

Tiba saatnya perempuan kelahiran Pandai, 30 Mei 1988 ini masuk SMA. Lagi-lagi dia dihadapkan dengan persoalan yang sama. Orang tua kembali melarangnya untuk sekolah, alasannya sama. Tapi kali ini Ida punya cara sendiri mengakali hal tersebut. Diam-diam Ida mendaftar di MAN 3 Bima, Kecamatan Bolo. Sengaja ia tidak mendaftar di SMAN 1 Bolo karena kakaknya masih sekolah di sana. Dia tidak ingin keluarganya tau kalau dia mendaftar SMA karena pasti akan dilarang. 

"Saya punya uang Rp 50 ribu saat itu untuk daftar dan ongkos pulang pergi. Saya masih pakai seragam SMP yang sudah kusut. Alhamdulillah saya diterima di sana," ujarnya. 

Tiga bulan sudah Ida menjadi siswi MAN 3 Bima. Tapi rupanya baju  yang ia kenakan masih seragam putih-putih bekas SMP. Tak tampak seragam putih abu layaknya siswi SMA pada umumnya yang dikenakan. 

"Saya nggak pernah pakai baju baru selama sekolah. Baju hasil pemberian tetangga semua, termasuk seragam olahraga saya pinjam punya teman," kenangnya. 

Kondisi ini membuatnya menjadi sorotan pihak sekolah. Ida pun menceritakan tentang kondisi keuangannya, berharap ada toleransi dari sekolah. Pihak sekolah pun ikut iba, namun beasiswa prestasi belum berlaku baginya. 

Lalu bagaimana cara Ida membayar SPP? Sebenarnya, perempuan yang hobi membaca ini masih punya cara untuk menutupi biaya sekolahnya. Tapi teman-temannya membuka tabir rahasia Ida ke orang tuanya. Hal ini membuat orang tuanya kaget dan bersikeras melarang Ida sekolah. 

"Saya beri pemahaman ke mereka, kalau saya harus sekolah meskipun saya pake baju sisa orang. Pak, bu, saya harus sekolah meski saya cuci baju orang, menyiangi padi orang, asalkan halal dan saya bisa bayar sekolah sendiri," ceritanya mengenang ucapannya saat itu. 

Begitu berat beban Ida demi ingin tetap sekolah. Meski disetujui orang tua melanjutkan sekolah, namun apa mau dikata, keuangan menjadi penghalang. Hingga ulangan tiba, Ida belum juga membayar iuran SPP dan pembayaran atribut lain-lain. Tentu saja saat itu bagi siswa yang belum bayar SPP tidak akan bisa ikut ulangan. 

"Saat ulangan itu, saya selalu datang lebih awal. Setelah masuk kelas saya mengerjakan soal secepat mungkin agar bisa cepat selesai dan bisa keluar ruangan sebelum juru tagih SPP datang ke ruang kelas. Begitu terus sampai ulangan selesai," kisahnya. 

Ida mengisi soal bukan asal-asalan. Karena tekad dan dibarengi dengan kerja keras membuatnya meraih juara umum. 

"Yang ada di benak saya pada saat itu adalah bagaimana saya bisa sekolah tanpa membebani orang tua. Saya terus belajar dan berdoa. Alhamdulillah saya juara satu umum dan dibebaskan biaya sekolah selama 3 tahun," akunya. 


Tamat Sekolah Tawarkan Jasa Cuci Pakaian Hingga Jualan Keliling


Setelah tamat SMA, Nurwahidah belum terbebas dari pahit dan getirnya kehidupan. Bahkan, ia semakin pilu. Belum genap sebulan ia tamat SMA, Qodarullah ibunda tercinta harus menghadap Illahi lebih cepat. Sementara dia dan lima orang adiknya masih mengharapkan belas kasih seorang ibu. 

Di tengah himpitan ekonomi dan beratnya kehidupan, Ida harus tegas menerima ketetapan itu. Ia menjadi yatim dan harus melakoni hari-harinya tanpa belai kasih sang bunda. Tugasnya pun makin berat. Selain mejadi kakak bagi adik-adiknya, dia juga harus berperan ganda menjadi ibu rumah tangga. Sebab empat orang kakaknya sudah menikah dan tak lagi hidup serumah. 

"Yang ada di benak saya pada saat itu adalah bagaimana caranya bisa menyekolahkan kelima adik-adik saya minimal sampai bangku SMA agar bisa mengangkat martabat keluarga. Alhamdulilah Allah mengabulkan doa-doa itu dan selalu saja diberi jalan," ujarnya. 

Lika liku kehidupan Ida yang penuh duri rupanya tidak sampai disitu. Cobaan demi cobaan terus menerpanya. Kini giliran sang ayah yang tak bisa lagi membantu cari nafkah karena menderita penyakit prostat. Dengan begitu, praktis ayahanda hanya bisa berbaring di tempat tidur. Ida semakin sedih dan seakan putus asa. Karena biaya berobat sang ayah cukup menguras pikirannya. Sementara mereka tak punya apa-apa. 

Alumni MAN 3 Bima tahun 2008 ini tak ingin  larut dalam kesedihan dan meratapi takdir Tuhan. Dia ikhlas, tabah dan tawakal kepadanya. Hingga akhirnya dia mencoba-coba menawarkan jasa cuci pakaian tetangga dengan mengharap ada imbalan untuk menutupi kebutuhan sehari-hari. 

"Saya diupah Rp 20 ribu. Kalau langsung setrika bisa sampai Rp 50 ribu. Alhamdulillah ada buat makan dan yang penting adalah biaya sekolah adik-adik," akunya.

Kadang, Ida juga nyambi sebagai buruh tani saat musim tanam dan musim panen tiba. Dari kerja kerasnya itu, Ida mulai bisa menata hidup. Penghasilannya ia tabung untuk keperluan mendesak jika sesekali ayahanda harus dirawat.

Keteguhan hati dan kesabarannya selama ini perlahan mendapat jawaban. Tak disangka seorang yang baik hati bak malaikat  mempercayainya untuk menjual barang berupa pakaian tanpa modal. 

"Paginya saya cuci baju pelanggan, sorenya saya jualan keliling pakaian. Saya jualan jalan kaki di desa ini," katanya. 

Dari hasil jualan dan upah cuci pakaian itu, membawa dampak baik bagi ekonomi keluarganya. Selain karena Ida sangat ulet dalam bekerja, dia juga pintar menyisipkan penghasilannya. Selama delapan tahun menggeluti pekerjaan itu, dia sukses menyekolahkan lima adiknya hingga ke jenjang perguruan tinggi. Serta mampu memperbaiki gubuk tempat tinggalnya menjadi rumah kayu yang lebih baik. 

"Syukur alhamdulillah saya ucapkan kepada Allah yang tidak membiarkan saya sendiri dalam mengarungi pahitnya hidup ini. Kini adik-adik saya sudah kuliah di luar kota semua. Dua di Makassar, Ambon dan Mataram," jelasnya. 


Mulai Kepikiran Untuk Kuliah


Selain menjual pakaian keliling dan mencuci pakaian tetangga, Ida juga diangkat menjadi staf Tata Usaha di SMPN 4 Woha yang berlokasi di desanya pada tahun 2010. Dalam rentang waktu 5 tahun bekerja secara sukarela atau sekitar 2015, berhembus isu bahwa mereka yang belum berijazah sarjana akan dikeluarkan. Hingga ia kepikiran untuk melanjutkan kuliah. 

"Saya daftar di STKIP Taman Siswa Bima. Semua biayanya dari hasil jualan itu," terangnya.

Hanya saja Nurwahidah tak punya kendaraan pribadi untuk kuliah. Meski Ida punya sedikit uang tabungan untuk membeli motor bekas, tapi ia lebih memilih mengutamakan uang itu untuk kebutuhan kuliah kelima adik-adiknya. 

"Saya cukup pakai bis kalau mau kuliah. Setiap hari begitu hingga lulus," kisahnya. 

Usaha tak mengkhianati hasil. Di dunia kampus ia terus menempa diri dengan giat belajar. Dengan dukungan SDM dosen setempat di atas rata-rata membuatnya menjadi pribadi yang cerdas. Hingga ia sukses meraih predikat terbaik di kelas dengan meraih IPK sempurna 4.0. Tren itu terus berlanjut hingga dia dinobatkan menjadi wisudawan terbaik. 

"Dari prestasi itu saya mendapat beasiswa PPA dan sangat membantu kelanjutan kuliah saya. Alhamdulillah semua doa itu terjawab. Semoga dengan predikat ini menjadikan saya lebih giat lagi belajar demi mengangkat martabat keluarga. Terimakasih Allah yang selalu ada di saat saya sendiri, terimakasih keluarga dan teman-teman yang sudah mendukung hingga saya bisa berada di posisi ini," pungkasnya. (*) 




 



COMMENTS

Nama

#Corona,124,ABRI,1,arena,54,Bandara,7,Bansos,52,Bawaslu,17,bhakti sosial,39,bima,2680,bima iptek,4,bima. Pariwisata,3,Bjayangkari,1,Coro,1,Corona,88,Covid-19,29,Curanmor,3,Daerah,1,Demonstrasi,2,des,1,Desa,53,dompu,134,Editorial,2,ekbis,226,Ekonomi,1,Ekonomi.,4,Eksbis,1,enterpreneur,1,event,1,explore,2,featured,122,Hoax,3,huk,2,hukrim,715,huksrim,3,hukum,1,Humaniora,1,HUT RI,1,inspiratif,1,iptek,30,Keagamaan,15,keamanan,8,kebudayaan,1,Kecelakaan,3,kehilangan,1,kejadian dan peristiwa,2,kemanusiaan,4,kepegawaian,1,kependudukan,12,kepolisian,168,Kesehatan,135,Kesenian,1,ketenagakerjaan,2,Kodim,15,Kominfo,5,Konflik,1,Korupsi,11,kota bima,306,KPU,3,KSB,2,lingkungan,115,lombok,109,Maklumat,2,Mataram,92,miras,1,Narkoba,8,Nasional,15,NTB,1,olahraga,24,Opini,50,Pariwisata,81,Pelayanan Publik,13,pembangunan,25,pembangunan.,2,pemerintahan,798,Pemilu,1,Pemprov,3,Pemprov NTB,143,pendidikan,399,pendidikan.,8,Perbankan,1,Perguruan Tinggi,3,perhubungan,7,perisstiwa,47,peristiwa,468,peristuwa,1,Perjudian,2,persitiwa,6,Pertamina,2,pertanian,40,Peternakan,3,politik,282,Politik.,9,Prahara,12,Prestasi,34,Provinsi,1,puisi,1,regional,5,religi,58,religius,43,Sains,1,SAJAK,1,seni,1,SKCK,1,sosbud,193,Sosial,42,Sosok,6,SUDUT PANDANG,1,sumbawa,21,Tajuk,2,Tekhnologi,2,TKI,5,TNI,1,transportasi,4,travel,5,Tribrata,1,Vaksinasi,25,video,18,warta bawaslu,1,
ltr
item
Poros NTB: Perjuangan Nurwahidah Menembus Cumlaude Dari Hasil Upah Cuci Baju Tetangga
Perjuangan Nurwahidah Menembus Cumlaude Dari Hasil Upah Cuci Baju Tetangga
https://lh3.googleusercontent.com/-FS4HvLIflto/X5IwWOrazBI/AAAAAAAAKeA/nUDutFnkaB0pnE-V2_YcX64MqJBKkmwCQCLcBGAsYHQ/s1600/0_IMG-20201021-WA0001.jpg
https://lh3.googleusercontent.com/-FS4HvLIflto/X5IwWOrazBI/AAAAAAAAKeA/nUDutFnkaB0pnE-V2_YcX64MqJBKkmwCQCLcBGAsYHQ/s72-c/0_IMG-20201021-WA0001.jpg
Poros NTB
https://www.porosntb.com/2020/10/perjuangan-nurwahidah-menembus-cumlaude.html
https://www.porosntb.com/
https://www.porosntb.com/
https://www.porosntb.com/2020/10/perjuangan-nurwahidah-menembus-cumlaude.html
true
2479742407306652642
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy Table of Content