 |
| Kabag Ops Polres Bima AKP Herman SH |
Kapolres Bima, AKBP Heru Sasongko, S.I.K, lewat Kabag Ops, AKP Herman, SH, dalam rilisnya yang diterima media ini, Rabu (6/9/21) Pukul 15.45 Wita, menyampaikan kasus penganiayaan yang menyebabkan tewasnya salah satu dari 3 korban itu terjadi pada Rabu, Tanggal 6 Oktober 2021pada Pukul 11.45 Wita bertempat di RT.07 desa setempat.
Dalam rangkaian kejadian yang ikut menewaskan pelaku tersebut, seorang anggota kepolisian. Bripka Suhendra, ikut menjadi korban lemparan batu di bagian belakang kepala dan luka tembak di lengan kanannya dan terpaksa dirujuk di RSUD Bima.
Adapun korban tewas, Sri Rahmayanti akrab disapa Anti. Gadis 13 tahun yang masih pelajar ini tewas akibat mengalami luka bacok di leher dan putus tangan kanan.
Sementara 2 korban lainnya yang dinyatakan kritis dan dirujuk ke RSUD Bima. Masing-masing Nusrsadah (P/20) berstatus mahasiswa, mengalami luka bacok di tangan kanan, dan Muhaimin (L/17) yang masih pelajar mengalami luka di tangan kanan dan leher.
Sedangkan pelaku yang bernama Sukardin (53), seorang duda yang berprofesi sebagai petani asal desa yang sama tewas di halaman RSU Sondosia.
Lebih lanjut dituturkannya, kasus penganiayaan itu sendiri berawal saat ketiga korban tengah duduk menonton TV di rumahnya, pelaku yang kos di sekitar rumah korban itu datang membawa parang dan langsung mengganas di TKP.
Akibatnya, Anti mengalami luka di leher serta putus tangan kanan dan tewas di tempat. Sementara itu kakaknya, Sadam dan Muhaimin yang berniat menyelamatkan adik mereka juga ikut ditebas dengan parang oleh pelaku sehingga mengalami luka-luka.
Mendengar teriakan para korban, warga Desa Sondosia berdatangan untuk mengamankan pelaku. Namun pelaku lari ke arah jalan raya yang menuju RSU Sondosia dengan tetap menggenggam parang.
Sejumlah personil jaga Polsek Bolo yang menerima laporan, dengan sigap terjun ke lokasi guna mengamankan pelaku. Bripka Suhendra yang memimpin, meminta pelaku menyerahkan diri. Namun pelaku malah berupaya bunuh diri dengan menusuk perutnya sendiri.
"Selanjutnya anggota melakukan negosiasi dengan pelaku agar pelaku menyerahkan diri, namun pelaku berupaya bunuh diri dengan cara menikam perutnya sendiri dengan menggunakan parang yang di pegangnya sampai isi perutnya keluar." Terang Herman.
Meski isi perutnya nampak memburai keluar, pelaku masih mencoba mengejar massa dan Suhendra.
Bagusnya, Suhendra tetap sabar meminta pelaku menyerahkan parang yang kemudian menurut dan langsung digiring menuju utara melalui jalan raya menuju Desa Sanolo sembari menunggu kendaraan untuk evakuasi.
"Anggota terus melakukan negoisasi dan akhirnya pelaku mau menyerahkan sajam yang di pegang, sehingga anggota dapat mengamankan pelaku," ujar Herman.
Sayangnya, massa semakin banyak berdatangan dan mulai melempari batu kearah pelaku sehingga ikut mengenai Suhendra yang tengah menggiring pelaku.
Di tengah hujan batu itulah, pelaku berontak dan merampas senjata api jenis Revolver milik Suhendra serta meronta untuk melepaskan diri dari dekapan Suhendra yang saat itu kepalanya sudah terluka akibat terkena lemparan batu.
Pelaku yang sudah menguasai Senpi, langsung menembak Sehendra dan mengenai lengan kanannya.
"Saat ini anggota kita Bripka Sehendra sedang dirawat dan rencana akan di rujuk ke Mataram," imbuhnya lagi.
Menimbang pelaku sudah menguasai senpi, maka untuk menghindari jatuhnya korban yang lebih banyak, Herman mengatakan, anggota lainnnya terpaksa melakukan penembakan guna melumpuhkan pelaku.
Sesaat kemudian pelaku akhirnya tersungkur dan polisi langsung mengamankan Senpi di tangan pelaku serta berupaya membawa pelaku ke ruang IGD RSUD Sondosia.
Upaya tersebut tak berhasil lantaran massa yang menjublak menghadang di pintu gerbang RSU dan tak mampu dihalau saat melakukan pemukulan terhadap pelaku yang menyebabkannya tewas di halaman RSU Sondosia.
"Pada saat pelaku mau di bawa ke rumah sakit sondosia masyarakat sudah banyak dan memukuli pelaku sehingga pelaku meninggal dunia di halaman rumah sakit Sondosia." Tutur Herman.
Untuk meredam kejadian tersebut, lanjutnya, tindakan yang dilakukan Polres Bima yaitu melakukan pengamanan TKP serta Barang Bukti berupa parang dan HP milik pelaku, serta mengumpulkan Bahan Keterangan untuk diserahkan pada Tim Inafis (Indonesia Automatic Fingerprint System) Polres Bima.
Sementara untuk menjaga situasi tetap kondusif, pihak Polres Bima melakukan koordinasi dengan TNI, Pemerintah serta Tokoh masyarakat setempat.
"Sampai saat ini pengamanan masih dilakukan oleh personil polres Bima beserta jajaranya. Dan sampai saat ini situasi di desa Sondosia Bolo masih terkendali," pungkas Herman.
Sebagai catatan, menurut Kabag Ops yang merupakan putra kelahiran Tolonggeru Kecamatan Donggo ini., pelaku rupanya pernah menjadi TKI di Malaysia dan pernah terjerat kasus pembunuhan dan divonis hukuman mati di negara tetangga itu. Namun akhirnya hanya menjalani hukuman penjara selama 20 tahun. Usai bebas, pelaku kembali ke Desa Sondosia dan sudah berjalan sekitar 3 bulan.
Penulis : Teddy Kuswara
Editor : Aden
COMMENTS