Dibaca Normal
Bima, porosntb.com - Lagi, Badan Eksekutif Mahasiswa Republik Mahasiswa (BEM Rema) STKIP Tamsis Bima membuat gebrakan. Jika sebelumnya adalah dialog kepemudaan, kali ini merupakan kegiatan bertajuk penguatan literasi. Adalah bedah buku yang berjudul Pendidikan Sejarah untuk Membentuk Karakter Bangsa. "Kegiatan ini diselenggarakan oleh Koordinator BEM-REMA STKIP Taman Siswa Kampus II. Penulis Buku Pendidikan Sejarah untuk membentuk Karakter bangsa yang sedang dibedah itu adalah Edy Suparjan, M.Pd," ujar Kabag Humas STKIP Tamsis Bima, Muhammad Ajwar, M.Pd., saat dihubungi via seluler, Kamis (9/1/2020).
Buku itu secara garis besar menjelaskan tentang karakter tokoh bangsa. Yang nantinya, dapat digunakan untuk diinternalisasikan di dunia pendidikan. Baik untuk guru maupun untuk Mahasiswa. "Pembanding Bedah Buku adalah Taufik, SH. MH. Beliau dianggap cocok dengan tema buku yang dibedah," tegasnya.
Saat menyampaikan pembandingan, ada beberapa catatan yang disampaikan pembedah. Diantaranya adalah memberikan masukan kepada penulis bahwa muatan nilai Maja Labo Dahu harus dipertajam dan bisa dipraktekkan oleh guru dalam ruangan kelas.
"Saya sangat mengapresiasi kegiatan bedah buku tentang Pendidikan Sejarah dalam membentuk Karakter Bangsa ini. Kegiatan ini di Buka Oleh Ketua STKIP Tamsis. Kata Pak Ketua, sangat engapresiasi dan mendukung kegiatan bedah buku ini, dan harus menjadi tradisi kampus (STKIP, red) Taman Siswa. Kedepannya diharapkan lahir penulis penulis baru yang progresif," papar Azwar (sapaan akrab) mengutip isi sambutan Dr. Ibnu Khaldun Sudirman, M.Si.
Dirinya berharap, melalui kegiatan tersebut, dapat memberikan motivasi dan inspirasi bagi mahasiswa dan masyarakat pada umumnya. Selain motivasi menulis, juga diharapkan dapat menggenjot agar gemar membaca pada millineal. "Mudah mudahan kegiatan Bedah Buku Sejarah ini akan selalu diselenggarakan oleh adik adik BEM di setiap tahunnya," ingin Kabag Humas.
Alfa Riski selaku koordinator BEM-Rema STKIP Tamsis Bima Kampus 2, mengaku kegiatan tersebut dalam rangka membentuk kesadaran akademisi. Selain itu, juga dalam upaya untuk menghasilkan peradaban baru di kampus melalui pemahaman sejarah.
"Kami berupaya semaksimal mungkin dalam mengembalikan fungsi kampus sebagai tempat berlangsungnya kontestasi gagasan. Menghadirkan Kesadaran-kesadaran rasional mahasiswa akan dampak-dampak sosiologis dari keberadahan sejarah. Juga sebagai mahluk yang berpikir, pengetahuan dan pemahaman tentang sejarah akan menjadikan manusia sebagai mahluk yang membentuk karakter yang bernilai produktif bagi kehidupanya," paparnya.
Sementara, Edy Suparjan, M.Pd., sebagai pemateri sekaligus penulis buku mengaku menerima banyak masukan hingga kritik. Diantaranya, sebagai masukan dari pembanding mengenai karakter tokoh bangsa. Pembanding menginginkan karakter tokoh bangsa tersebut agar bisa diformulasikan secara tehnis prakteknya di kelas. "Saya menjawab, buku ini hanya sebagai konsep dasar yang memiliki muatan nilai nilai karakter dalam pendidikan sejarah. Selanjutnya guru guru sejarah harus menginternalisasikan karakter tokoh tersebut ke dalam diri mereka sehingga bisa diterapkan dalam startegi belajar dalam kelas dan disesuaikan dengan RPP," urai sosok yang kerap disapa Edy.
Selain dari pembanding, sejumlah mahasiswa yang hadir juga ikut memberikan saran. Dirinya menginginkan, sebenarnya peserta harus mengkritik kekurangan kekurangan buku yang saya tulis seperti, layout, cover, sistematika buku serta isi yang mungkin tidak sesuai dengan judul dan mengapa harus ada tokoh Douwes Dekker kenapa bukan Cokroaminoto sebagai guru bangsa.
"Penulis masih mengharapkan kritikan integral bagi perbaikin buku Pendidikan Sejarah untuk membentuk Karakter Bangsa. Sehingga buku tersebut dapat direvisi dan bermanfaat bagi Mahasiswa calon guru maupun guru sejarah sendiri," ingin Edy. (*)
Penulis : Humas STKIP Tamsis Bima
Editor : Edo
COMMENTS