--> Pengabdian untuk Tamsis: Awal Menjadi Dosen Jauh dari Kesejahteraan, Terkadang Nyambi jadi Kernet Bis | Poros NTB

Pengabdian untuk Tamsis: Awal Menjadi Dosen Jauh dari Kesejahteraan, Terkadang Nyambi jadi Kernet Bis

Dibaca Normal


Mulyadi, S. Pd., M. Pd.

Dia adalah Mulyadi. Dosen bahasa Indonesia pertama yang dimiliki kampus STKIP Taman Siswa Bima. Mul, demikian ia disapa, adalah salah satu aktor di balik nama besar kampus bermoto "Pendidikan Untuk Peradaban" tersebut. Ia bukan orang kaya. Tapi tak pernah menuntut honor banyak sebagai dosen. Meski untuk mencukupi kehidupan sehari-hari ia harus bekerja sampingan menjadi kernet bis. Inilah bentuk pengabdian sesungguhnya dari seorang Mulyadi untuk kampus yang kini tengah go internasional. 

Penulis: Edo Rusadin


Harus diakui, kesuksesan STKIP Taman Siswa Bima sekarang ini tak luput dari peranan sejumlah punggawanya yang betul-betul memiliki dedikasi tinggi pada awal-awal berkiprah. Drs. H. Sudirman Ismail, MSi, sebagai leader yang telah mampu menancapkan tonggak peradaban pendidikan di Bima, tidak salah memilih orang-orang hebat untuk membantunya. Salah satunya adalah Mulyadi, S.Pd., M.Pd. 

Tak banyak yang tahu jika dosen asal Desa Samili Kecamatan Woha ini adalah satu dari sekian dosen senior yang hingga kini masih tetap loyal dengan almamater merah. Bahkan, Mul menjadi satu-satunya dosen yang masih bertahan diantara nama-nama besar perintis kampus tersebut hingga sekarang. 

Mul pertama kali diajak oleh mendiang sang Maha Guru, H. Sudirman Ismail untuk menjadi tenaga pendidik pada awal mendirikan kampus. Meski kondisi kampus yang hanya bermodalkan izin operasional, tak membuat Mul tinggi hati apalagi menolak ajakan bergabung. Terlebih lagi situasi pendidikan yang carut marut dan minimnya kepercayaan publik terhadap Perguruan Tinggi di Bima pada saat itu. 

Adanya kemauan untuk membangun bersama dan dorongan moril dari istri membuatnya mengambil keputusan menantang tersebut. Meski belum tahu berapa nilai honor bulanan yang harus ia terima. Pada saat itu, Mul hanya berpikir satu hal, yakni memberikan pengabdian. 

"Dengan ucapan bismillah, saya terima tawaran aji (H. Sudirman Ismail untuk bergabung)," ujarnya, saat membuka sesi wawancara. 

Patut diakui, STKIP Tamsis tak semegah dan seramai saat ini dengan peminat lebih dari 1000 calon mahasiswa per tahun. Pada tahun 2007, mahasiswa sangat minim, hal ini dilatarbelakangi oleh kepercayaan publik saat itu yang sangat rendah. Kondisi ini juga didukung oleh lingkungan dan Sarpras kampus yang kurang memadai ditambah letak kampus yang berdiri di areal persawahan, tentu menjadi alasan bagi calon mahasiswa. 

"Apalagi kalau musim hujan, kampus ini dulu becek. Kita harus tenteng sepatu saat jalan masuk. Nanti pas mau masuk kelas baru cuci kaki," kenangnya, penuh lirih. 

Kondisi tersebut tak pelak mendapat cibiran dari masyarakat. Banyak stigmanisasi yang dialamatkan kepadanya. Ada cemooh yang harus ia dengar. Antara lain adalah soal kesejahteraan menjadi dosen. Ia tidak menampik jika saat itu honornya hanya cukup untuk biaya transportasi. 

"Honor hanya cukup untuk ojek mas. Tapi bukan itu orientasinya. Karena buat saya pribadi adalah komitmen. Bukan hanya kita butuh seseorang atau lembaga. Tapi betul-betul mau membangun," tegasnya. 

Bahkan untuk menutupi kebutuhan keluarga, suami dari Nurillah, S.Pd ini harus rela menjadi kernet bis jurusan Bima-Sumbawa. Aktivitas ini ia lakukan saat free dan tidak ada jadwal mengajar. Semuanya ia jalani dengan suka cita. 

"Tiga tahun saya nyambi jadi kernet," aku jebolan S1 Unismuh Makassar ini. 

Sempat ada pikiran untuk berhenti jadi dosen kala itu karena merasa tidak mampu meningkatkan taraf hidup menjadi lebih baik. Tapi Mulyadi punya kepercayaan jika kampus ini suatu saat akan maju dan bersaing dengan kampus-kampus ternama saat itu. Sehingga ada dorongan semangat untuk terus mengabdi dan memberikan yang terbaik buat kampus. Selain itu juga ada dorongan moril dari sang istri yang mengingatkan agar selalu bersyukur dengan apa yang diperoleh saat ini. 

"Saat itu belum ada apa-apa, karena masih merintis. Tapi suasana kekeluargaan yang kita bangun. Bukan karena ingin dapat gaji tinggi. Mungkin hanya dengan pengabdian ini yang bisa saya berikan untuk kampus," tegasnya. 

Sedikitnya pemasukan dari dosen dan disertai cemoohan terhadapnya, tak membuat Mulyadi harus kalah gengsi. Justru cibiran dan cemoohan dijadikan sebuah cambukan semangat untuk memberikan yang terbaik buat kampus agar mampu bergerak ke arah yang positif. 

"Namanya kampus baru kan, tentu tidak mudah. Kita terus berbenah dan dalam membangun ini perlu keuletan. Setelah ada izin operasional, kita terus mengembangkan sayap, sekaligus menegaskan bahwa kita kampus legal," tandasnya. 

Diakui, pada realitasnya dalam membangun kampus memang harus berpeluh keringat, ada kerja keras dan air mata. Bahkan ia harus menguasai mata kuliah lain untuk tetap mendukung materi perkuliahan lantaran terbatasnya tenaga pengajar yang saat itu hanya sepuluh orang. Ia harus mampu menerapkan ilmunya secara totalitas dan mata kuliah penunjang lain agar mampu melahirkan lulusan yang memiliki wawasan yang unggul pada 5 Prodi sekaligus. Itu semua ia lalui dengan loyalitas tanpa batas demi sebuah peradaban di Bima sesuai dengan visi pendiri kampus saat itu. 

"Berat, karena ini berbicara membangun kepercayaan publik. Kami mencoba beberapa terobosan dan perlahan mulai bagus. Kita fokus dulu pada SDM dosen dan mahasiswa. Kemudian mulai adanya transparansi data dan administrasi sehingga kampus mulai bergairah dan perlahan diperhatikan," urainya. 

Pelan tapi pasti, eksistensi Mulyadi dalam mengembangkan Prodi Penjaskes mulai tampak. Terutama dalam validasi data mahasiswa. Karena hal ini dianggap riskan dan perlu ketelitian karena berkaitan dengan legalitas lulusan. Tentu hal tersebut membuatnya mendapatkan tekanan dari eksternal. 

Karena cinta kepada kampus dan pekerjaan, membuatnya mampu memberikan yang terbaik. Meski harus bekerja over time demi tetap menjaga yang namanya kepercayaan. 

Satu hal yang tak bisa ia lupakan adalah upaya memperjuangkan akreditasi kampus. Ia harus bertaruh dengan waktu untuk menyelesaikan borang akreditasi dalam waktu yang mepet. Pada saat itu, borang tersebut masih berada di Kota Bima sementara di waktu bersamaan, berkas itu harus segera dibawa ke Jakarta dan pesawatnya akan segera berangkat dalam waktu yang tidak lama lagi. Tidak ada yang bisa diandalkan, hanya seorang Mulyadi. 

Saat itu hujan turun. Ia tatap harus bergegas dengan sepeda motornya menuju Kota Bima mengambil borang di rumah seorang dosen. Sekembalinya dari Kota Bima, ternyata ia harus menemui masalah serius. Karena dikejar waktu, ia tidak fokus dan terburu-buru dalam berkendara. Musibah pun terjadi. Ia terjatuh dari motornya dengan berkas penting yang menentukan masa depan kampus di pundaknya. Tak ada yang lebih penting baginya selain borang tersebut. Meski nyawa jadi taruhan, ia rela berbenturan fisik dengan aspal licin saat itu demi tetap menjaga berkas borang tetap baik-baik saja. 

Setelah bangun dari kecelakaan itu, Mulyadi hanya memikirkan borang, borang dan borang. Ia tak peduli dengan lukanya. Di tengah rintik hujan itu, ia meraba tasnya dan memastikan tidak ada yang basah maupun yang rusak dari borang tersebut. Setelah memastikan semuanya aman, ia kembali tancap gas menuju bandara dengan lukanya. 

"Borang itu ada dalam tas. Pada saat jatuh, untungnya saya tidak terpental. Saya jatuh dengan dada di aspal sehingga borang tetap aman di pundak," ceritanya sambil senyum tipis mengenang beratnya momen-momen kala itu. 

Ada kemauan pasti ada jalan. Perumpamaan yang tepat menggambarkan perjuangan dan pengorbanan bapak dua anak ini. Karena dedikasinya, Badan akreditasi akhirnya mengeluarkan akreditasi C untuk Prodi Penjaskes dari izin operasional usai Borang tersebut diserahkan. 

"Tidak ada yang sia-sia selama itu kita lakukan dengan kejujuran. Akreditasi pertama ini terbilang cukup cepat karena saat itu pak ketua (Dr Ibnu Khaldun Sudirman) yang membawa langsung borang ke Jakarta," katanya. 

Setelah sukses menjadi ketua Prodi Penjaskes pada periode 2007-2013, Mulyadi pun mendapat perhatian lebih dari kampus. Ia mendapat kesempatan untuk melanjutkan studi magister di Unram yang semuanya dibiayai kampus. Dua tahun menempuh studi, ia kembali ke kampus dan langsung diberi jabatan sebagai sekretaris Prodi PGSD. Tidak lebih dari satu tahun, dosen senior yang sebentar lagi memasuki usia ke 51 tahun ini langsung dipromosi kembali menjadi ketua Prodi PGSD pada periode 2016-2019.

Mulyadi masih ingat akan perjuangannya meraih akreditasi C pada saat menjabat sebagai ketua Prodi Penjaskes. Ia berupaya agar Prodi PGSD juga bisa naik kasta di bawah kendalinya. Waktu pun menjawab doa dan usahanya. Prodi PGSD sukses meraih akreditasi B saat ia menjabat dan hingga kini jurusan tersebut menjadi salah satu Prodi unggulan dan banyak peminat. 

"Suka duka merintis kampus tak bisa hilang di benak saya. Saya akan selalu mengingat celaan masyarakat sebagai semangat agar lebih baik. Sekarang alhamdulillah semuanya sudah terbalik. Magnetnya sudah ke kampus ini semua, dan ini memang harus terjadi karena STKIP Tamsis sangat komitmen memberikan yang terbaik buat masyarakat. Ini terbukti dari tren kepercayaan publik terhadap perguruan tinggi ini yang semakin menanjak," paparnya. 

13 tahun sudah Mulyadi mengabdi. Komitmen itu tetap ia tanamkan di hati kecilnya. Sehingga regenerasi bisa belajar dan melakukan hal itu di masa akan datang. Pesan moral yang ia sampaikan adalah, pekerjaan itu bukan karena insentif, tapi karena cinta pada pekerjaan. Sehingga tidak ada beban pada pekerjaan yang dijalani. 

Kerja keras, kegigihan dan dedikasi semuanya sudah ia berikan kepada kampus. Saat ini tinggal memetik hasil dari perjuangan panjang yang menguras emosi. 

"Semoga kita semua bisa mencintai pekerjaan. Kepada junior-junior agar tidak selalu berorientasi pada kesejahteraan, tapi yakin saja kampus ini akan besar dan anda-anda akan menjadi bagian dari sejarah yang akan dikenal banyak orang. Karena kampus ini akan terus ada walaupun kita sudah tiada. Jadi tetap berikan yang tebaik untuk kampus kita tercinta," pungkasnya.(*) 




COMMENTS

Nama

#Corona,124,ABRI,1,arena,54,Bandara,7,Bansos,52,Bawaslu,17,bhakti sosial,38,bima,2664,bima iptek,4,bima. Pariwisata,3,Bjayangkari,1,Coro,1,Corona,88,Covid-19,29,Curanmor,3,Daerah,1,Demonstrasi,2,des,1,Desa,53,dompu,134,Editorial,2,ekbis,218,Ekonomi,1,Ekonomi.,4,Eksbis,1,enterpreneur,1,event,1,explore,2,featured,120,Hoax,3,huk,2,hukrim,714,huksrim,3,hukum,1,Humaniora,1,HUT RI,1,inspiratif,1,iptek,30,Keagamaan,15,keamanan,8,kebudayaan,1,Kecelakaan,3,kehilangan,1,kejadian dan peristiwa,2,kemanusiaan,4,kepegawaian,1,kependudukan,12,kepolisian,168,Kesehatan,133,Kesenian,1,ketenagakerjaan,2,Kodim,15,Kominfo,5,Konflik,1,Korupsi,11,kota bima,279,KPU,3,KSB,2,lingkungan,114,lombok,109,Maklumat,2,Mataram,92,miras,1,Narkoba,8,Nasional,15,NTB,1,olahraga,24,Opini,50,Pariwisata,81,Pelayanan Publik,13,pembangunan,25,pembangunan.,2,pemerintahan,762,Pemilu,1,Pemprov,3,Pemprov NTB,143,pendidikan,396,pendidikan.,8,Perbankan,1,Perguruan Tinggi,3,perhubungan,7,perisstiwa,47,peristiwa,468,peristuwa,1,Perjudian,2,persitiwa,6,Pertamina,2,pertanian,40,Peternakan,3,politik,282,Politik.,9,Prahara,12,Prestasi,34,Provinsi,1,puisi,1,regional,5,religi,44,religius,43,Sains,1,SAJAK,1,seni,1,SKCK,1,sosbud,193,Sosial,42,Sosok,6,SUDUT PANDANG,1,sumbawa,20,Tajuk,2,Tekhnologi,2,TKI,5,TNI,1,transportasi,4,travel,5,Tribrata,1,Vaksinasi,25,video,18,warta bawaslu,1,
ltr
item
Poros NTB: Pengabdian untuk Tamsis: Awal Menjadi Dosen Jauh dari Kesejahteraan, Terkadang Nyambi jadi Kernet Bis
Pengabdian untuk Tamsis: Awal Menjadi Dosen Jauh dari Kesejahteraan, Terkadang Nyambi jadi Kernet Bis
https://lh3.googleusercontent.com/-9cNUf5KSppw/YQYGEwngMRI/AAAAAAAAREk/J42LTCMv4iopyn35LHidn3YW8h2vtd3WwCLcBGAsYHQ/s1600/IMG_20210730_094646.jpg
https://lh3.googleusercontent.com/-9cNUf5KSppw/YQYGEwngMRI/AAAAAAAAREk/J42LTCMv4iopyn35LHidn3YW8h2vtd3WwCLcBGAsYHQ/s72-c/IMG_20210730_094646.jpg
Poros NTB
https://www.porosntb.com/2021/07/pengabdian-untuk-tamsis-awal-menjadi.html
https://www.porosntb.com/
https://www.porosntb.com/
https://www.porosntb.com/2021/07/pengabdian-untuk-tamsis-awal-menjadi.html
true
2479742407306652642
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy Table of Content